Rabu, 08 Januari 2014

SIAPAKAH DIRI KITA? (MA’RIFATUL INSAN)
   
ImageKita, manusia, adalah
makhluq Allah yang unik 
dan istimewa. Kita tercipta 
dari dua unsur yg sungguh 
berbeda satu sama lain: 
tanah yang berasal dari bumi
 dan ruh yang berasal dari
 langit. Terciptanya kita dari 
tanah menjadikan kita sebagai
 makhluq yang membutuhkan 
hal-hal yang bersifat ‘bumi’
seperti makan, minum, dan 
kebutuhan biologis. Sedangkan unsur ruh yang ada dalam diri kita
 menjadikan kita sebagai makhluq yang membutuhkan hal-hal yang
 bersifat ‘langit’ seperti iman, ilmu, dan semacamnya. Allah telah 
engilhamkan dalam diri kita dua potensi: potensi baik (at-taqwa) dan
 potensi buruk (al-fujur). Kemudian Allah memberikan kepada kita 
kebebasan untuk memilih: beriman atau kufur, menjadi baik atau
 menjadi buruk. Setelah memilih, kita tentu saja harus menanggung 
segala konsekuensinya. Dan konsekuensi tersebut tidak lain adalah 
balasan baik berupa surga dan balasan buruk berupa neraka. 
Apapun yang akan kita dapatkan, baik surga ataupun neraka, 
merupakan hasil dari pilihan kita sendiri. Karena itu jika ada seorang 
manusia yang nantinya masuk kedalam neraka, itu tidak lain adalah 
karena kezhalimannya kepada dirinya sendiri. 
Allah sedikit pun tidak berbuat zhalim kepada hamba-hamba-Nya.

HAKIKAT MANUSIA (MA’RIFATUL INSAN)

ImageKita, manusia, adalah makhluk
 yang unik.
Pernahkah kita merenungi mengapa
 kita unik? Apa sajakah keunikan
 manusia yang membuatnya berbeda
 dari makhluk Allah yang lainnya?
Keunikan pertama, manusia adalah
 makhluk Allahyang dimuliakan
 (mukarram).
 Allah SWT berfirman: “Dan
 sesungguhnya telah Kami muliakan
 anak-anak Adam,Kami angkut mereka
 di daratan dan di lautan, Kami beri
 mereka rezki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan 
kelebihan yang sempurnaatas kebanyakan makhluk yang telah Kami
 ciptakan.” (QS Al-Isra’: 70)
Salah satu hal yang mengindikasikan dimuliakannya manusia adalah
 peniupan ruh pada diri manusia. Allah SWT berfirman, “Kemudian Dia
 menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh-Nya dan dia
 menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi)
 kamu sedikit sekali bersyukur. (QS As-Sajdah: 9). Dalam sebuah hadits
 shahih riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw menjelaskan
 bagaimana ruh ditiupkan pada setiap janin manusia. “Sesungguhnya
 tiap-tiap kalian dikumpulkan ciptaannya dalam rahim ibunya, selama
 empat puluh hari berupa nuthfah,  lalu menjadi segumpal darah
 selama itu pula, lalu menjadi segumpal daging selama itu  pula,
 kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya
 dan mencatat empat hal yang telah ditentukan, yaitu: rezeki, ajal,
 amal, dan bahagia atau sengsaranya.”

MENGENAL ISLAM (MA’RIFATUL ISLAM)

ImageAgama Islam yang
 dibawa olehRasulullah
 adalah penyempurnaan 
atas agama-agama yang
 telah dibawa oleh para
 nabi dan rasul sebelumnya.
 Karena telah sempurna,
 tidak akan ada lagi agama
 baru. Islam adalah agama 
terakhir, yang berlaku
 hingga hari kiamat.
 Muhammad Agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah adalah penyempurnaan
 atas agama-agama yang telah dibawa oleh para nabi dan rasul sebelumnya.
 Karena telah sempurna, tidak akan ada lagi agama baru. 
Islam adalah agama terakhir, yang berlaku hingga hari kiamat. Muhammad
 shallallahu ’alaihi wasallam adalah nabi dan rasul terakhir, tidak ada lagi nabi 
dan rasul sesudahnya. 
Dan dengan kesempurnaannya, Islam ditujukan untuk seluruh umat manusia,
 bukan hanya untuk orang Arab saja. Nama Islam menurut bahasa memiliki
 beberapa makna, yang menunjukkan sifat dari agama ini. Makna yang 
pertama adalah ketundukan. Dengan memeluk Islam, seorang manusia akan
 tunduk patuh kepada Tuhannya karena merasa bahwa ia hanyalah seorang
 hamba yang tidak memiliki apa-apa dihadapan kebesaran dan keagungan-Nya.
Makna yang kedua adalah berserah diri. Dengan memeluk Islam, seorang
 manusia telah menyerahkan dirinya kepada Allah karena merasa bahwa Allah
 adalah Dzat Yang Maha Kuasa, Dzat Yang Maha Mengatur, dan Dzat Yang Tidak
 Pernah Tidur. Ia yakin dan percaya bahwa Allah pasti senantiasa memberikan
 yang terbaik kepada hamba-hamba-Nya.

MENGENAL ALLAH (MA’RIFATULLAH)

Fitrah setiap manusia pasti merasakan keberadaan Allah. Indera dan akal juga
mendukung fitrah tersebut. Bagaimana mungkin alam yang terbentang luas ini
ada dengan sendirinya? Bagaimana mungkin alam semesta dengan segenap
bagian-bagiannya sampai yang paling kecil sekalipun bisa eksis dalam
 keteraturan yang mencengangkan? Tidak bisa tidak, Allah pasti ada. Dan lebih
 dari sekadar ada, Allah pastilah Dzat yang Satu dan Maha Sempurna.
ImageKita memang tidak bisa melihat
Allah, akan tetapi kita bisa
mengenal-Nya melalui ayat-
ayat-Nya, baik ayat-ayat yang Ia
firmankan melalui lisan para
 rasul-Nya (ayat-ayat qauliyah)
maupun ayat-ayat yang Ia ciptakan
berupa alam semesta beserta
 segenap isinya (ayat-ayat kauniyah).
Melalui firman-firman-Nya, Allah
 memperkenalkan diri-Nya dan memberitahukan sifat-sifat-Nya kepada kita semua.
 Pada saat yang sama, firman-firman Allah juga mengajak kita untuk mentafakkuri
 ayat-ayat-Nya yang terbentang di alam semesta dan bahkan yang ada dalam diri
 kita sendiri. Dengan tafakkur yang sungguh-sungguh, kita pasti akan sampai pada
 kesimpulan bahwa tidaklah Allah menciptakan sesuatupun dengan sia-sia. Kita
 akan merasa takjub pada kebesaran-Nya dan berkata,
”Subhanallah, Maha Suci Allah.” Dan ketika itulah keimanan dan rasa takut kita
 kepada-Nya akan semakin menguat! Itulah sebabnya jika kita semakin mengenal
 Allah maka kita akan semakin beriman dan bertakwa kepada-Nya.

MAKNA SYAHADAT

Sebagai muslim, kita tentu tidak asing lagi dengan dua kalimat syahadat atau yang
 biasa dikenal sebagai syahadatain. Bagaimana tidak? Semenjak kecil kalimat ini 
sudah diajarkan pada kita. Setiap hari paling tidak kita mengucapkan kalimat ini
berkali-kali dalam tasyahud shalat kita. Belum lagi dalam dzikir-dzikir yang kita
ucapkan. Namun, meski kita sudah sedemikian akrab dengan kalimat ini, kita harus
bertanya pada diri kita apakah kita sudah menghayatinya dengan penghayatan
yang sebenar-benarnya untuk kemudian mengejewantahkannya dalam kehidupan?
ImageKalimat syahadat terdiri dari dua
bagian. Yang pertama disebut
syahadat tauhid. Yang kedua
disebut syahadat kerasulan.
Dalam syahadat tauhid, kita
mempersaksikan, berikrar dan
berjanji bahwa laa ilaha illallah
’tidak ada ilah selain Allah’.
Pernyataan ini pertama-tama 
bermakna bahwa tidak ada
yang memiliki sifat-sifat
 rububiyah  kecuali Allah. Maknanya, Allah sajalah pencipta alam semesta ini 
sekaligus pemelihara urusan-urusannya, pemberi rizki kepada semua makhluq
dan pemilik hakiki dari semua yang ada di alam ini. Namun, kesaksian atas
rububiyah ini tidak serta merta membuat seseorang menjadi seorang muslim.
Untuk menjadi seorang muslim, seseorang harus melangkah pada makna
syahadat tauhid yang lebih jauh, yakni tidak ada yang berhak diibadahi dalam
hidup ini kecuali Allah. Sebenarnya, makna ini adalah konsekuensi logis dari
makna rububiyah tadi. Bukankah jika seseorang telah mengakui bahwa satu-
satunya pemilik sifat rububiyah adalah Allah maka tidak ada lagi pilihan lain
baginya  kecuali tunduk patuh beribadah kepada-Nya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar